Nama aku Helen,
gadis cuek, yang lebih suka mementingkan buku, di bandingkan kegiatan temanku
yang suka hangeout kemana mana, aku ingin bertanya kepadamu pernahkah kamu merasakan ada yang
mengganjal di dalam hatimu?, pernakah kamu merasakan getaran asmara pada hatimu
ketika melihat sesosok ciptaan tuhan
yang menarik perhatian mu, rasanya mata ini tak ingin beralih pandangannya
ke sudut yang lain, apakah ini jatuh cinta? entahlah tapi semua itu pernah aku
rasakan. Saat itu aku pulang dari kampus, menjadi mahasiswa yang merangkap
sebagai anak teater, tentu membuatku harus terus menerus latihan meskipun
saat itu adalah hari libur kuliah, aku
pulang dengan menaiki sebuah angkot berwarna hijau, saat aku naik angkot itu dalam
keadaan kosong hanya ada supir saja yang duduk manis dan
enjoy dengan setirnya di depan, aku pun duduk di jok belakang dekat
pintu keluar menikmati panasnya trik matahari dan alunan suara tlakson yang
membisingkan telinga, tetapi tak lama angkot itu melaju, tiba-tiba angkot itu
berhenti kembali dan ternyata dua sosok pria, bertubuh tinggi, dan dadanya tegap, berkepala plontos, berkulit sawo
matang, dengan pipinya yang cabi Nampak dia seperti tentara yang berwajah imut
dengan aura yang penuh kewibawaan.
Aku kira dia adalah seorang tentara,
yang tinggal di daerah dimana aku kuliah, karena memang tempat kuliah aku itu
lokasinya berdekatan dengan lokasi asrama para kacang hijau. Saat itu awalnya
aku bersikap biasa saja, tapi jujur saat melihat wajah dia aku langsung
teringat tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan, yang harus membuat
makalah berjudul aktualisasi pancasila dalam aspek kesadaran membela negara,
tadinya aku akan jadikan dia narasumber untuk makalah aku, eh taunya dia malah bertanya
duluan kepada ku, di balik wajah yang nampak seperti seorang perwira, dia
bertanya kepada aku seperti ini, dan bicaranya itu sempat mebuat aku tidak
mengerti karena logat daerahnya yang begitu kental “ kamu tau ga di daerah sini
bioskop itu dimana ya? ” ya tuhan rasanya aku ingin tertawa ketika mendengar
pertanyaannya, aku kira tipe tipe orang seperti dia ga suka kebioskop, lalu aku
jawab “ maaf aku tidak tahu, karena aku
sendiri baru tinggal di sini ”, lalu dia bertanya kembali pada aku “oh,
memangnya kamu asalnya darimana?” aku ga nyangka dia bakalan nanya balik ya
sudah aku jawab saja “aku dari majalengka” hingga akhirnya kami berdua saling
berkenalan dan berjabat tangan, dari sana aku tau namanya, ternyata dia bernama
fauzi, dan teman dia yang sebelahnya meminta berhenti angkot itu, dan itu
pertanda pertemuan aku dengan fauzi telah berakhir, dia pun turun dengan
temannya, tetapi menjelang angkot itu melaju kembali, tiba-tiba fauzi kembali
menghampiri angkot itu , “Helen boleh ga aku minta nomor handphone kamu” di
minta nomor handphone oleh dia membuat aku semakin GR, dan ingin ketawa yang pastinya karena pada
saat itu aku baru saja hapal nomor handpone aku yang angkanya begitu rumit,
lalu aku beri saja nomor handpone aku, lalu dia pergi dan angkot yang aku
tumpangi melaju, tak lama kemudian, ada nomor baru yang menelepon aku ,
ternyata itu fauzi, dia hanya bilang “helen ini aku fauzi simpen ya nomor aku”
aku jawab dengan simplenya “ oh ia fauzi, ia aku simpan nomor kamu”. tak lama aku
sampai di rumah kemudian ada pesan masuk ke handphone aku dan itu dari fauzi.
bahagia rasanya sms pertama, dari laki-laki yang memang aku suka hahahhaha
fauzi
“helem”
dia
mengetik nama aku salah tiba tiba datang lagi sms dari Fauzi
“helen” mungkin
dia sadar salah ketik
“ia ada
apa?” balas ku simple, maklum aku salah satu wanita yang tidak mudah di dekati
oleh laki laki sembarangan, sekalipun dia seorang mahasiswa dari universitas
ternama
“tadi
habis darimana?”
“aku habis
latihan rampak puisi”, balas aku simple lagi,
sambil tidak peduli apakah dia tahu apa rampak puisi itu, mengingat
bahasa nya yang begitu kental akan logat daerah,
tiba tiba
waktu maghrib pun tiba, sahabat ku Maryam
menelepon ku, langsung aku ceritakan tentang apa yang aku alami tadi
siang sepulang latihan, aku ceritakan semua pada dia, dan setelah diskusi
panjang dengan maryam akhirnya aku mendapatkan tips dari temanku yang tomboy
ini, “kamu jangan terlalu blak blakan ya, agak sedikit jual mahal, jangan nampak
murahan”, aku turuti deh tips dari teman ku itu, hingga setiap aku balas sms
dari fauzi aku selalu membalasnya dengan begitu singkat.
Besok
paginya, fauzi kembali mengirim aku pesan, dia bertanya sedang apa?, kamu
dimana?, ada kegiatan ga?, nampaknya dia memang ingin mengenal diriku begitu
dalam mungkin, tapi aku menjawabnya dengan begitu singkat, padahal dalam hati,
aku begitu senang sekali bahagia malah, ketika ada seorang pria yang memang
memperhatikan aku, sejak awal bertemu dengannya aku merasa bahwa dia orang baik
baik tak seharusnya aku acuhkan dia, lalu sms terakhir aku, “kamu sampai kapan
di cimahi”, dia jawab “sampai hari ini”, yatuhan jawaban itu tidak hanya
mengungkapkan bahwa dia akan pulang kembali ke asrama pada hari itu juga, tetapi
itu menjadi pesan terakhir yang dia kirim untukku, selanjutnya dia tak pernah
kembali mengirim pesan pada ku, padahal aku sangat menunggu itu, hingga
akhirnya aku mencari dia di dumay, alias dunia maya, namanya aku cek, aku
sambung sambungkan dengan nama kampusnya, hingga akhirnya aku temukan juga akun
facebooknya, aku add dia dan beberapa hari kemudian dia konfirmasi aku, senang
rasanya meskipun hanya di konfirmasi menjadi teman facebook, tetapi seandainya
dia konfirmasi aku menjadi teman hati, tentu aku akan merasa lebih senang dari
itu, khayalku kepadanya sudah sampai kesana, sungguh dia sukses membuat aku
jatuh cinta, padahal awal berjumpa aku acuh kepadanya, setiap hari rasanya ada
magnet yang menarik tangan ku di kolom search untuk mengetik namanya kemudian kepoin
dia, liat fotonya, liat komentar teman temannya, liat statusnya, liat halaman
yang dia sukai, liat twitternya yang twiitnya itu berkapasitas kalimat minor
semua, hanya ucapan selamat pagi, lalu aku menggerutu dasar laki-laki aneh,
tapi aku suka.
semenjak
menemukan akun dia di facebook, tentu membuat aku menjadi penduduk dumay yang
aktif, aktif kepoin dia, aktif liat kolom chating, aku sering liat dia online,
tapi entah kenapa aku segan menyapanya, aku takut dia tidak mengenaliku, aku
hanya bisa kepoin dia, nunggu status barunya, nunggu komentar barunya, nunggu
foto baru yang dia upload, sungguh aktifitas yang tak berguna, rasanya aku
memphpkan diriku sendiri kepada dia, hingga suatu malam aku mencoba menyapanya
di facebook
“hai apa
kabar” untuk mengirim kata itu cukup membuat aku deg degan bahkan untuk menekan
tombol enter pun aku sedikit ragu ragu, tapi setelah aku mengirim pesan itu
lewat facebook akhirnya tak lama kemudian dia membalas juga.
“iya
sehat, ini siapa?” balas dia seperti itu, tentu itu membuat hati aku itu jleb
banget, dari sana aku merasa trauma yang namanya menyapa seorang fauzi, aku
galau, sedih, pengen ketawa tapi nyebelin, pengen lempar piring rasanya, tapi
aku harus berpikir rasional, pertemuan kita itu dua bulan yang lalu, pantas
saja dia lupa, padahal aku berharap sebelumnya, saat dahulu dia konfirmasi aku
sebagai teman facebook nya dia, dari baca nama akun aku dia sudah ingat kepada
ku, terus dia kepoin facebook aku, seperti aku ngepoin facebook dia, itu yang
aku harapkan, yah apa boleh buat, dengan balasan yang secara tidak lagsung dia
tidak kenal aku, bahkan lupa, itu sudah membuatku putus asa untuk mendekatinya,
apalagi sebelumnya aku kepoin salah satu teman satu kampusnya, pacarnya adalah
seorang dokter, bisa jadi fauzi juga menginginkan seorang pedamping yang
berlatar belakang anak kesehatan, kalau iya benar seperti itu, yasudah gugurlah
harapanku, tapi mudah mudahan dia tidak memandang cinta dari seragam, karena
aku juga tidak menilai dia dari seragamnya, aku hanya menilai dia dari akhlak,
iman, dan tanggung jawabnya.
rasa
putus asaku begitu dalam, aku langsung curhat kepada teman segeng ku awita,
selain agung, awita juga adalah salah satu teman aku yang paham sekali tentang
cinta, aku kirim pesan kepadanya bahwa ternyata, “fauziyang selalu hadir dalam
hayalku ternyata dia telah lupa kepadaku, rasanya aku mendadak benci kepadanya,
pokoknya aku ga mau tau lagi tentang dia” langsung aku kirim sms itu kepada
awita sbenarnya isi pesan itu hanya bahasa sms saja, bahasa hatiku berkata
lain.
awita
membalas “kalem aja hel, bilangin agnes monica gitu” awita meminta aku menjaili fauzi, tetapi untuk
bilang aku agnes monika rasanya ituntidak rasional aku gatikan saja dengan
mamah dedeh, hahaha
aku balas
denga tulisan “mamah dedeh” karena sebelumnya dia bertanya siapa aku,
dia tidak
membalas, pesan inbox ku di facebook, hingga aku coba lagi kirimdia pesan lewat
facebook
“sudah
ketemu bioskopnya?”
“sudah.,
hai bagaimana kabarmu?” dari kata “bioskop” itu mungkin dia sudah mulai ingat
aku kembali
“Alhamdulillah
sehat, ini benarkan kamu yang waku di cimahi”
“ia benar
ini aku”
“oh,
makasih ya sudah konfirmasi”
dan
hening, dia tidak membalas lagi, padahal aku tunggu tunggu, terus pesan dari
dia, sampai setiap harinya aku bulak balik ke dumay lebih ari 5 kali
perharinya, aduh fauzi lo itu ya sukses bikin aku kelabakan.
“helen”
pesan facebook dari fauzi, sapaan itu mengingatkan aku, pada sapaan pertama dia
sms aku
“ia apa J” aku tambahkan dengan emoticon tersenyum, supaya
suasana ga kaku,
tetapi
dia balas kembali seperti ini
“iya
helen” disana aku baru sadar ternyata dia hanya menjawab ucapan terima kasih,
dan panggilan Helen diatas hanya typo alias salah ketik, padahal awalnya aku
kira dia akan chatting dengan aku begitu lama, ternyata hanya menjawab ucapan
terimaksih ku saja. hening dan sampai sekarang dia tidak pernah menghubungi aku
lagi.
~Bersambung~