Senin, 17 Februari 2014

BISAKAH KITA BERJUMPA LAGI? #Part 1

Nama aku Helen, gadis cuek, yang lebih suka mementingkan buku, di bandingkan kegiatan temanku yang suka hangeout kemana mana, aku ingin bertanya kepadamu pernahkah kamu merasakan ada yang mengganjal di dalam hatimu?, pernakah kamu merasakan getaran asmara pada hatimu ketika melihat sesosok ciptaan tuhan  yang menarik perhatian mu, rasanya mata ini tak ingin beralih pandangannya ke sudut yang lain, apakah ini jatuh cinta? entahlah tapi semua itu pernah aku rasakan. Saat itu aku pulang dari kampus, menjadi mahasiswa yang merangkap sebagai anak teater, tentu membuatku harus terus menerus latihan meskipun saat  itu adalah hari libur kuliah, aku pulang dengan menaiki sebuah angkot berwarna hijau, saat aku naik angkot itu dalam keadaan kosong hanya ada supir saja yang duduk  manis dan  enjoy dengan setirnya di depan, aku pun duduk di jok belakang dekat pintu keluar menikmati panasnya trik matahari dan alunan suara tlakson yang membisingkan telinga, tetapi tak lama angkot itu melaju, tiba-tiba angkot itu berhenti kembali dan ternyata dua sosok pria, bertubuh tinggi, dan dadanya  tegap, berkepala plontos, berkulit sawo matang, dengan pipinya yang cabi Nampak dia seperti tentara yang berwajah imut dengan aura yang penuh kewibawaan.
          Aku kira dia adalah seorang tentara, yang tinggal di daerah dimana aku kuliah, karena memang tempat kuliah aku itu lokasinya berdekatan dengan lokasi asrama para kacang hijau. Saat itu awalnya aku bersikap biasa saja, tapi jujur saat melihat wajah dia aku langsung teringat tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan, yang harus membuat makalah berjudul aktualisasi pancasila dalam aspek kesadaran membela negara, tadinya aku akan jadikan dia narasumber untuk makalah aku, eh taunya dia malah bertanya duluan kepada ku, di balik wajah yang nampak seperti seorang perwira, dia bertanya kepada aku seperti ini, dan bicaranya itu sempat mebuat aku tidak mengerti karena logat daerahnya yang begitu kental “ kamu tau ga di daerah sini bioskop itu dimana ya? ” ya tuhan rasanya aku ingin tertawa ketika mendengar pertanyaannya, aku kira tipe tipe orang seperti dia ga suka kebioskop, lalu aku jawab “ maaf aku tidak tahu, karena  aku sendiri baru tinggal di sini ”, lalu dia bertanya kembali pada aku “oh, memangnya kamu asalnya darimana?” aku ga nyangka dia bakalan nanya balik ya sudah aku jawab saja “aku dari majalengka” hingga akhirnya kami berdua saling berkenalan dan berjabat tangan, dari sana aku tau namanya, ternyata dia bernama fauzi, dan teman dia yang sebelahnya meminta berhenti angkot itu, dan itu pertanda pertemuan aku dengan fauzi telah berakhir, dia pun turun dengan temannya, tetapi menjelang angkot itu melaju kembali, tiba-tiba fauzi kembali menghampiri angkot itu , “Helen boleh ga aku minta nomor handphone kamu” di minta nomor handphone oleh dia membuat aku semakin GR,  dan ingin ketawa yang pastinya karena pada saat itu aku baru saja hapal nomor handpone aku yang angkanya begitu rumit, lalu aku beri saja nomor handpone aku, lalu dia pergi dan angkot yang aku tumpangi melaju, tak lama kemudian, ada nomor baru yang menelepon aku , ternyata itu fauzi, dia hanya bilang “helen ini aku fauzi simpen ya nomor aku” aku jawab dengan simplenya “ oh ia fauzi, ia aku simpan nomor kamu”. tak lama aku sampai di rumah kemudian ada pesan masuk ke handphone aku dan itu dari fauzi. bahagia rasanya sms pertama, dari laki-laki yang memang aku suka hahahhaha
fauzi “helem”
dia mengetik nama aku salah tiba tiba datang lagi sms dari Fauzi
“helen” mungkin dia sadar salah ketik
“ia ada apa?” balas ku simple, maklum aku salah satu wanita yang tidak mudah di dekati oleh laki laki sembarangan, sekalipun dia seorang mahasiswa dari universitas ternama
“tadi habis darimana?”
“aku habis latihan rampak puisi”, balas aku simple lagi,  sambil tidak peduli apakah dia tahu apa rampak puisi itu, mengingat bahasa nya yang begitu kental akan logat daerah,
tiba tiba waktu maghrib pun tiba, sahabat ku Maryam  menelepon ku, langsung aku ceritakan tentang apa yang aku alami tadi siang sepulang latihan, aku ceritakan semua pada dia, dan setelah diskusi panjang dengan maryam akhirnya aku mendapatkan tips dari temanku yang tomboy ini, “kamu jangan terlalu blak blakan ya, agak sedikit jual mahal, jangan nampak murahan”, aku turuti deh tips dari teman ku itu, hingga setiap aku balas sms dari fauzi aku selalu membalasnya dengan begitu singkat.
Besok paginya, fauzi kembali mengirim aku pesan, dia bertanya sedang apa?, kamu dimana?, ada kegiatan ga?, nampaknya dia memang ingin mengenal diriku begitu dalam mungkin, tapi aku menjawabnya dengan begitu singkat, padahal dalam hati, aku begitu senang sekali bahagia malah, ketika ada seorang pria yang memang memperhatikan aku, sejak awal bertemu dengannya aku merasa bahwa dia orang baik baik tak seharusnya aku acuhkan dia, lalu sms terakhir aku, “kamu sampai kapan di cimahi”, dia jawab “sampai hari ini”, yatuhan jawaban itu tidak hanya mengungkapkan bahwa dia akan pulang kembali ke asrama pada hari itu juga, tetapi itu menjadi pesan terakhir yang dia kirim untukku, selanjutnya dia tak pernah kembali mengirim pesan pada ku, padahal aku sangat menunggu itu, hingga akhirnya aku mencari dia di dumay, alias dunia maya, namanya aku cek, aku sambung sambungkan dengan nama kampusnya, hingga akhirnya aku temukan juga akun facebooknya, aku add dia dan beberapa hari kemudian dia konfirmasi aku, senang rasanya meskipun hanya di konfirmasi menjadi teman facebook, tetapi seandainya dia konfirmasi aku menjadi teman hati, tentu aku akan merasa lebih senang dari itu, khayalku kepadanya sudah sampai kesana, sungguh dia sukses membuat aku jatuh cinta, padahal awal berjumpa aku acuh kepadanya, setiap hari rasanya ada magnet yang menarik tangan ku di kolom search untuk mengetik namanya kemudian kepoin dia, liat fotonya, liat komentar teman temannya, liat statusnya, liat halaman yang dia sukai, liat twitternya yang twiitnya itu berkapasitas kalimat minor semua, hanya ucapan selamat pagi, lalu aku menggerutu dasar laki-laki aneh, tapi aku suka.
semenjak menemukan akun dia di facebook, tentu membuat aku menjadi penduduk dumay yang aktif, aktif kepoin dia, aktif liat kolom chating, aku sering liat dia online, tapi entah kenapa aku segan menyapanya, aku takut dia tidak mengenaliku, aku hanya bisa kepoin dia, nunggu status barunya, nunggu komentar barunya, nunggu foto baru yang dia upload, sungguh aktifitas yang tak berguna, rasanya aku memphpkan diriku sendiri kepada dia, hingga suatu malam aku mencoba menyapanya di facebook
“hai apa kabar” untuk mengirim kata itu cukup membuat aku deg degan bahkan untuk menekan tombol enter pun aku sedikit ragu ragu, tapi setelah aku mengirim pesan itu lewat facebook akhirnya tak lama kemudian dia membalas juga.
“iya sehat, ini siapa?” balas dia seperti itu, tentu itu membuat hati aku itu jleb banget, dari sana aku merasa trauma yang namanya menyapa seorang fauzi, aku galau, sedih, pengen ketawa tapi nyebelin, pengen lempar piring rasanya, tapi aku harus berpikir rasional, pertemuan kita itu dua bulan yang lalu, pantas saja dia lupa, padahal aku berharap sebelumnya, saat dahulu dia konfirmasi aku sebagai teman facebook nya dia, dari baca nama akun aku dia sudah ingat kepada ku, terus dia kepoin facebook aku, seperti aku ngepoin facebook dia, itu yang aku harapkan, yah apa boleh buat, dengan balasan yang secara tidak lagsung dia tidak kenal aku, bahkan lupa, itu sudah membuatku putus asa untuk mendekatinya, apalagi sebelumnya aku kepoin salah satu teman satu kampusnya, pacarnya adalah seorang dokter, bisa jadi fauzi juga menginginkan seorang pedamping yang berlatar belakang anak kesehatan, kalau iya benar seperti itu, yasudah gugurlah harapanku, tapi mudah mudahan dia tidak memandang cinta dari seragam, karena aku juga tidak menilai dia dari seragamnya, aku hanya menilai dia dari akhlak, iman, dan tanggung jawabnya.
rasa putus asaku begitu dalam, aku langsung curhat kepada teman segeng ku awita, selain agung, awita juga adalah salah satu teman aku yang paham sekali tentang cinta, aku kirim pesan kepadanya bahwa ternyata, “fauziyang selalu hadir dalam hayalku ternyata dia telah lupa kepadaku, rasanya aku mendadak benci kepadanya, pokoknya aku ga mau tau lagi tentang dia” langsung aku kirim sms itu kepada awita sbenarnya isi pesan itu hanya bahasa sms saja, bahasa hatiku berkata lain.
awita membalas “kalem aja hel, bilangin agnes monica gitu”  awita meminta aku menjaili fauzi, tetapi untuk bilang aku agnes monika rasanya ituntidak rasional aku gatikan saja dengan mamah dedeh, hahaha
aku balas denga tulisan “mamah dedeh” karena sebelumnya dia bertanya siapa aku,
dia tidak membalas, pesan inbox ku di facebook, hingga aku coba lagi kirimdia pesan lewat facebook
“sudah ketemu bioskopnya?”
“sudah., hai bagaimana kabarmu?” dari kata “bioskop” itu mungkin dia sudah mulai ingat aku kembali
“Alhamdulillah sehat, ini benarkan kamu yang waku di cimahi”
“ia benar ini aku”
“oh, makasih ya sudah konfirmasi”
dan hening, dia tidak membalas lagi, padahal aku tunggu tunggu, terus pesan dari dia, sampai setiap harinya aku bulak balik ke dumay lebih ari 5 kali perharinya, aduh fauzi lo itu ya sukses bikin aku kelabakan.
“helen” pesan facebook dari fauzi, sapaan itu mengingatkan aku, pada sapaan pertama dia sms aku
“ia apa J” aku tambahkan dengan emoticon tersenyum, supaya suasana ga kaku,
tetapi dia balas kembali seperti ini
“iya helen” disana aku baru sadar ternyata dia hanya menjawab ucapan terima kasih, dan panggilan Helen diatas hanya typo alias salah ketik, padahal awalnya aku kira dia akan chatting dengan aku begitu lama, ternyata hanya menjawab ucapan terimaksih ku saja. hening dan sampai sekarang dia tidak pernah menghubungi aku lagi.
~Bersambung~